Scroll untuk baca artikel
banner 350x300
Example floating
Example floating
banner 300x250
Cerita Pendek

Makna Idul Fitri, Lebih dari Sekadar Perayaan dan Zakat Fitri sebagai Penyempurna

37
×

Makna Idul Fitri, Lebih dari Sekadar Perayaan dan Zakat Fitri sebagai Penyempurna

Sebarkan artikel ini
foto : Ilustrasi mewah
Example 468x60

DEBUTOTA,  CERPEN – Hari ini merupakan Ramadan hari terakhir di tahun ini, setelah itu kita akan menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah. Banyak orang mengasosiasikan Idul Fitri dengan momen kemenangan setelah menjalani sebulan penuh berpuasa. Tapi, lebih dari sekadar perayaan, Idul Fitri membawa makna mendalam tentang kembali ke fitrah, mempererat hubungan, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Kembali ke Fitrah: Introspeksi dan Perbaikan Diri

Idul Fitri berasal dari kata Id yang berarti “perayaan” dan Fitri yang bermakna “suci” atau “kembali ke fitrah.” Setelah ditempa oleh ibadah Ramadan—menahan lapar, haus, emosi, dan godaan lainnya—kita seharusnya keluar sebagai pribadi yang lebih sabar, disiplin, dan penuh empati. Lebih dari sekadar berpesta, Idul Fitri menjadi kesempatan bagi kita untuk merenungkan: apakah kita benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadan berlalu? Apakah kebiasaan baik yang kita bangun selama bulan suci tetap terjaga?

Salah satu bentuk penyempurnaan ibadah Ramadan adalah dengan menunaikan zakat fitri yang biasa disebut Zakat Fitrah di Indonesia. Ini bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk kepedulian sosial agar semua orang, terutama yang kurang mampu, bisa merasakan kebahagiaan di hari yang suci.

Berapa Besar Zakat Fitri yang Harus Dikeluarkan?

Zakat fitri memiliki takaran yang sudah ditentukan, yaitu 1 sha’ makanan pokok per orang, atau setara dengan sekitar 2,5-3 kg beras atau bahan makanan lainnya. Dengan memberikan dalam bentuk makanan, mereka yang menerima dapat langsung merasakan manfaatnya.

Harus Makanan atau Boleh dalam Bentuk Uang?

Mayoritas ulama menyarankan zakat fitri diberikan dalam bentuk makanan pokok, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah . Namun, Mazhab Hanafi membolehkan membayar zakat dalam bentuk uang dengan nilai setara. Di beberapa daerah, panitia zakat bahkan mengonversi uang yang diterima menjadi makanan sebelum disalurkan.

Zakat Fitri Harus Diberikan di Mana?

Idealnya, zakat fitri diberikan kepada yang membutuhkan di tempat kita tinggal saat Idul Fitri. Jika ingin menyalurkan ke Kampung Halaman, ada perbedaan pendapat: sebagian ulama memperbolehkan, sementara lainnya menyarankan agar tetap diberikan di tempat kita berada.

Sunnah Idul Fitri: Amalan yang Sering Terlewatkan

Selain zakat fitri, ada beberapa sunnah yang sering terabaikan saat merayakan Idul Fitri. Padahal, sunnah-sunnah ini dapat membuat hari kemenangan menjadi lebih bermakna.

1. Memakan Kurma Sebelum Shalat ‘Ied

Rasulullah selalu makan beberapa butir kurma sebelum berangkat shalat Idul Fitri. Dalam hadis disebutkan:

“Adalah Rasulullah tidak berangkat menuju shalat Idul Fitri melainkan beliau telah memakan beberapa buah kurma.” (HR Al-Bukhari dan Ahmad)

Memakan kurma ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga tanda kepatuhan kepada Allah yang telah mengharamkan puasa pada hari ‘Ied. Dengan mengikutinya, kita tidak hanya meneladani Rasulullah , tetapi juga mengawali hari raya dengan rasa syukur.

2. Berjalan di Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang dari Shalat ‘Ied

Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan:

“Adalah Rasulullah menempuh jalan yang berbeda pada hari ‘Ied.” (HR Al-Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Mengapa Rasulullah melakukan ini? Salah satu hikmahnya adalah agar beliau bisa bertemu lebih banyak orang, menebarkan salam, dan mempererat persaudaraan di antara kaum Muslimin. Ini adalah momen untuk menyebarkan kebahagiaan, bukan sekadar beribadah secara individual.

3. Menebarkan Salam dan Ucapan Selamat

Idul Fitri adalah tentang kebersamaan. Rasulullah senantiasa menyapa orang-orang yang beliau temui dengan penuh kehangatan. Sebagai Muslim, kita dianjurkan untuk:

  • Mengucapkan salam kepada siapa pun yang kita temui.
  • Memberikan doa dan ucapan selamat seperti Taqabbalallahu minna wa minkum.
  • Menunjukkan wajah ceria dan penuh kebahagiaan saat bersilaturahmi.

Idul Fitri: Momentum untuk Terus Melangkah

Sayangnya, banyak sunnah dan makna penting dalam Idul Fitri yang sering terabaikan karena fokus kita lebih kepada aspek lahiriah: baju baru, makanan melimpah, dan kumpul keluarga. Padahal, esensi hari raya ini jauh lebih besar.

Idul Fitri seharusnya menjadi titik awal, bukan akhir. Sebuah awal untuk terus menjaga kebiasaan baik yang telah kita latih selama Ramadan. Awal untuk memperbaiki hubungan dengan sesama. Dan awal untuk lebih dekat dengan Allah.

Mari kita jadikan Idul Fitri sebagai momen refleksi, bukan sekadar perayaan. Biarkan cahaya Ramadan terus menyala dalam hati kita, membimbing langkah-langkah kita dalam kehidupan sehari-hari. Mari terus menjaga nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan kepedulian sosial yang telah kita latih selama sebulan penuh.

Selamat Idul Fitri! 

Semoga kita semua dapat kembali kepada fitrah dan terus membawa keberkahan Ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga setiap langkah yang kita ambil setelah ini semakin mendekatkan kita kepada kebaikan dan rahmat-Nya.

Artikel ini telah terbit di kompasiana.com dengan link : : https://ramadan.kompasiana.com/merzagamal8924/67e86a1fc925c432b0096892/makna-idul-fitri-lebih-dari-sekadar-perayaan-dan-zakat-fitri-sebagai-penyempurna?page=2 

banner 300x250
Example 120x600
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *