DEBUTOTA, GORONTALO KAB – Isu Monopoli kontestasi perebutan ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Gorontalo oleh organisasi tertentu, memicu suara pemerhati Olahraga Hengki Bobihu.
Kepada sejumlah media, Hengky Bobihu mengatakan bahwa penggiringan isu pengelompokan pada perhelatan pemilihan ketua KONI Kabgor ini menjadi penting. Kata Hengki, KONI Kabgor adalah milik semua pegiat olahraga, dan bukan untuk organisasi tertentu juga keras bukan untuk kepentingan politik.
“KONI itu milik seluruh insan olahraga, bukan milik organisasi tertentu, apalagi jika ada yang membawa-bawa nama besar hanya demi menguasai KONI. Ini tentu berbahaya dan harus dihentikan,” Tegas Hengky.
” Saya melihat saat ini, sudah ada gerakan dari organisasi-organisasi tertentu untuk menguasai KONI yang afiliasinya kearah politik, itu yang tidak bisa. KONI ini milik insan olahraga, bukan menjadi panggung para politisi apalagi tujuannya hanya untuk kepentingan politik saja. Saya berharap agar para ketua Cabang Olahraga, menjauhi orang seperti ini. sebab tidak ada masa depan yang pasti jika ada pihak atau organisasi tertentu, memimpin KONI untuk kepentingan politiknya, ” Lanjut Hengky.
Tak hanya memberi kritik keras, Hengky sekaligus menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai bakal calon Ketua KONI Kabupaten Gorontalo pada Konferensi suksesi ketua KONI mendatang.
“Saya menilai Karena sudah ada indikasi yang hanya kepentingan kelompok tadi maka saya nyatakan saya maju bukan karena ingin melawan siapa-siapa, tapi karena ingin mengembalikan marwah KONI sebagai rumah besar semua cabang olahraga, bukan sebagai alat politik organisasi,” tegasnya lagi.
Menurutnya, dunia olahraga harus dibebaskan dari kepentingan dan praktik monopoli kekuasaan. Ia menyerukan agar momentum suksesi KONI kali ini menjadi ajang pembuktian bagi mereka yang benar-benar berjuang demi prestasi, bukan gengsi.
“Saya siap bertarung. Dan saya pastikan, saya tidak akan tunduk pada tekanan intervensi organisasi manapun. KONI bukan alat tawar-menawar,” pungkasnya.
Pernyataan ini menjadi alarm keras bagi pihak-pihak yang diduga tengah bermain dalam kompromi Suksesi KONI, berupaya menguasai KONI lewat jalur pengelompokan organisasi external Olahraga. [**]